Senin, 19 Desember 2011

RAIHLAH SUKSES DAGANG DENGAN JUJUR



By: Yuliantoro

KH Zainal Abidin, Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta dalam suatu khotbah Jumat pernah mengatakan berdagang itu harus jujur. Jangan suka mengurangi timbangan. Dua kalimat simple di atas seperti sangat simple. Namun bila kita renungi dengan seksama, maknanya sangat dalam. Ada pesan moral yang disampaikan kepada kita semua, terutama mereka yang bergelut dalam perdagangan atau jual beli.
Berdagang memang mudah. Semua orang bisa menjalankannya. Namun jual beli yang mengedepankan etika, nilai, aturan atau norma-norma kebaikan sehingga mampu memberikan kepuasan antara pedagang dan konsumen (pembeli), bukan hal mudah. Di jaman sekarang, kebanyakan orang berdagang asal berdagang. Hanya mementingkan keuntungan diri sendiri alias egois. Sementara kepentingan konsumen yaitu kepuasan dalam pelayanan maupun kepuasan mendapatkan produk barang dan jasa seringkali diabaikan. Produsen dalam hal ini pihak pedagang (penjualan) seringkali rakus, asal jual, cenderung membohongi, dalam menawarkan produk barang jasanya. Yang dipentingkan oleh pihak produsen hanya bagaimana caranya mengeksploitasi konsumen demi mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya.
Karena perilaku produsen seringkali demikian, akibatnya konsumen pun tidak menghargai produsen dengan melakukan penawaran produk barang jasa yang ditawarkan tanpa etika pula. Kebanyakan perilaku konsumen sekarang melakukan penekanan harga terhadap produsen dengan serendah-rendahnya hingga produsen mendapatkan keuntungan selimit-limitnya. Model perilaku perdagangan atau jual beli tersebut mengakibatkan terjadinya pesaingan tidak sehat dan saling eksploitasi. Sistem jual beli tersebut tidak saling menguntungkan dan tidak saling memberikan kemanfaatan antara konsumen dan produsen. Sepintas perilaku perdagangan tersebut, bisa memberikan keuntungan besar bagi pihak produsen yang mampu melakukan kelicikan atau kebohongan. Begitu pula bagi konsumen yang mampu melakukan eksploitasi sepintas bisa meraup untung besar akibat persaingan bebasnya. Namun pada hakekatnya, perdagangan tanpa mengindahkan nilai, etika, norma-norma serta aturan dagang tidak akan memberikan kemanfaatan dan kepuasan pada produsen maupun konsumen. Semua akan merugi. Pada akhirnya kerusakanlah yang akan terjadi.
Lantas bagaimana system perdagangan (jual beli) yang baik yang mampu memberikan kemanfaatan bagi semua pihak (konsumen dan produsen? Islam memperbolehkan berdagang atau jual beli sebagai salah satu jalan menjemput rejeki Allah. Allah berfirman, "...Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba..." (QS 2:275). Rasullah SAW bersabda sembilan dari sepuluh pintu rezeki adalah melalui pintu berdagang. Namun untuk mendapatkan keuntungan atau yang mampu memberi kemanfaatan bagi umat manusia (barokah), tentunya ada kaidah-kaidah atau adab yang harus dipenuhi baik sebagai pedagang (produsen) maupun adab sebagai pembeli (konsumen).
Kaidah pertama yang pertama dan penting untuk disimak adalah niat. Dalam konteks Islam, semua amalan harus didasari oleh nawaitu yang benar. Karena tugas utama manusia hidup di dunia ini hanya semata-mata mengabdi atau beribadah, tentunya niat awal dalam perdagangan pun juga semata-mata untuk mencari ridlo Allah. Segala sesuatu kalau diniatkan untuk ibadah, mencari pahala untuk akhirat, Insya Allah kalau mendapatkan hasil bisa dinikmati dengan enak, menyenangkan dan jika tidak mudah kecewa bila tidak sesuai dengan keinginan yang didapat,
Begitu pun dalam konteks universal. Niat jual beli atau perdagangan hendaknya untuk memberikan kemanfaatan bagi umat manusia (produsen maupun konsumen), menciptakan keseimbangan ekonomi, menumbuhkan perdagangan sehat demi menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan bersama. Berdagang hendaknya jangan diniatkan untuk menimbum harta, menumpulkan harta untuk kepentingan pribadi (rakus).
Tahapan berikut setelah niat sebagai dalam perdagangan, adab berikutnya adalah jujur. Seorang pedagang wajib jujur, tidak mengada-ngada fakta, tidak bekhianat, serta tidak ingkar janji, tidak berbohong dalam menawarkan dagangan atau barang dan jasa. Rasulullah SAW adalah pedagang handal, sukses karena dalam jual beli selalu amanah, tidak mengecewakan orang (konsumen). Terhadap barang atau jasa Rasulullah mengatakan apa adanya. Misalnya jualan kain, katakana apa adanya kelebihan dan kekurangannya. O… kain ini terbuat dari bahan ini dan itu, pewarnanya pakai bahan itu sehingga kealitasnya bagus. Kain ini masih utuh, mulus, tidak cacat dan sebagainya. Rasulullah tidak pernah mengatakan yang buruk menjadi baik atau mencampuradukan sesuatu yang baik dengan yang buruk. Karena kejujurannya itu maka konsumen Rasulullah merasa puas dengan dagangannya. Semua pedagang di waktu itu mengakui bahwa Rasulullah adalah pedagang yang jujur, tidak pernah merugikan konsumen karena itulah Rasulullah dijuluki bergelar Al Amien.
Berdagang hendanya mengedepankan ihsan atau menjalankan perdagangan dengan memepertimbangkan aspek kemaslahatan dan keberkahan dari Allah SWT. Berjualan barang atau jasa hendaknya jangan semata-mata mencari untuk materi saja, melainkan juga mencari keuntungan non materi. Memuaskan orang lain, memberikan kemanfaatan bagi orang lain merupakan keuntungan non materi yang bisa membawa keberkahan dalam kehidupan.
Hal penting berikutnya yang harus menjadi pegangan bagi pedagang adalah tekun. Perdagangan hendaklah dilakukan dengan tekun dan bersunguh-sungguh agar berkembang maju. Kesuksesan seseorang ditentukan oleh ketekunan dan kesabaran karena tidak ada sesuatu keberhasilan dengan tiba-tiba. Ketekunan, kesabaran secara kentinue, konsisten adalah proses yang harus dilalui dalam kehidupan di dunia ini, termasuk dalam sukses perdagangan. Cara-cara berdagang dengan menuruti hawa nafsu, tergesa-gesa, banyak berangan-angan hanya akan membawa kegagalan. Sukses datang secara bertahap, perlahan tapi pasti. Perlu diwaspadai terjadi kesuksesan yang tiba-tiba karena bisa menjatuhkan diri. Hikmah yang bisa diambil dari sebuah proses perdagangan karena kesuksesan berdagang memerlukan sikap mental yang benar dan tangguh.
Adab berikutnya adalah menjauhi perkara yang haram. Penjual hendaklah menjauhi perkara yang haram selama menjalankan pernigaan. Contohnya menipu dalam timbangan, menjalankan muamalat riba, dan menjual barang yang diharamkan. Jual beli sesuatu yang haram tidak akan pernah membawa kebahagiaan dan kemulian dunia akhirat. Tidak ada kebahagiaan di balik keharaman, terutama bagi orang Islam. Kesuksesan, kebahagiaan dibalik keharaman hanya semua, pada saatnya pasti akan berubah menjadi kehancuran, petaka yang dahsyat terhadap dirinya sendiri.
Berdagang hendaknya harus bisa saling melindungi, saling memberi kepuasan. Penjual dan pembeli hendaklah saling melindungi hak masing-masing. Contohnya penjual memberikan peluang yang secukupnya kepada pembeli untuk melihat pilihan ketika hendak membeli sesuatu barang. Hindari pemaksaan terhadap konsumen atas barang dan jasa yang kita perdagangkan. Dengan landasan adab dan etika dalam berdagang, yakinlah kesuksesan bisa diraih dengan sempurna, tidal mensisakan kemudhoratan atau kesusahan. Kehancuran system perdagangan tidak adanya kejujuran, perilaku perdagangan yang saling melindungi, saling menguntungkan, menhalalkan secara cara, meninggalkan etika sopan santun. Perdagangan yang berkembang selama ini hanya didasarkan pada kerakusan, saling mendzolimi, saling menipu, saling paksa.
Secara singkat adab bisnis atau berdagang:
1. Tidak ada unsur penipuan di dalamnya.
2. Tidak boleh berpura-pura menawar dengan harga tinggi, agar orang lain tertarik membeli dengan harga tersebut.
3. Memberikan hak pembatalan bagi pembeli jika merasa tertipu
4. Tidak boleh menjelekkan bisnis saudaranya, agar orang lain membeli kepadanya.
5. Barang yang dibeli harus jelas wujudnya.
6. Pedagang dan pembeli harus berlapang dada.
7. Segera melunasi tunggakan yang menjadi tanggungannya.
8. Memberi tenggang waktu apabila pengutang belum mampu membayarnya.
9. Bisnis tidak boleh mengganggu aktivitas seorang muslim dalam taat kepada Allah dan berjuang di jalan-Nya.

1 komentar:

Cantika mengatakan...

makasih tips suksesnya gan.
Semoga info ini bermanfaat juga, memang banyak orang yang ingin sukses udaha dagang nya tanpa dibarengi dengan kualitas produk & pelayanan yang dijualnya. Bagaimana bisa? Karena yang namanya cara dagang memang perlu adanya peningkatan kualitas barang dagangannya. Tak perlu melakukan hal yang repot seperti belajar bisnis atau kursus online, seperti wanita yang ingin belajar materi dalam hal kecantikan (tata rias) di tempat penghasil bahan-bahan maklon kosmetik aman tidak berbahaya. Umumnya orang dagang sudah punya banyak pengalaman sebagai usaha nyata (lahir) nya, tapi terkadang masih kurang mengerti ilmu pelarisan seperti dalam usaha batin nya. Maka dari itu silakan coba mengimbangi dengan sarana batin, seperti menggunakan sarana pelarisan. Banyak orang yang bilang sebaiknya memang usaha nyata (lahiriah) dengan usaha batiniahnya harus seimbang. Berbicara masalah pelarisan dagang, ada yang pernah menyarankan menggunakan sebuah JIMAT yang katanya AMPUH. Informasi jimat penglaris selengkapnya ini
saya peroleh dari DISINI>> JIMAT PELARISAN
Semoga bermanfaat.