Senin, 31 Agustus 2009

MENGGAPAI MALAM KEMULIAAN RAMADHAN

“Sesunguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS Al-Qadr : 1-5).
Malam kemuliaan tidak lain adalah malam lailatul qodr. Malam yang lebih baik dari 1.000 bulan atau sama dengan 83 tahun 4 bulan. Salah malam yang berada di bulan Ramadhan sebagaimana dalam firman Allah Surat Al Baqarah 184. Ibnu ‘Abbas Ra berkata: Allah menurunkan Al Quran keseluruhannya secara sekaligus dari Lauh Mahfuzd ke Baitul’lzzah (langit pertama) pada malam Lailatul Qodar. Kemudian diturunkan pula berangsur-angsur kepada Rosulullah SAW sesuai dengan konteks berbagai peristiwa selama 23 tahun.”
Pada malam itu turun para malaikat dan malaikat jibril dengan ijin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan hingga terbit fajar. Malam di mana pintu-pintu langit dibukakan, doa dikabulkan, segala takdir yang terjadi pada tahun ini ditentukan.
Suatu hal yang perlu diperhatikan mengenai keistimewaan malam kemuliaan ini ialah, bahwa Allah memuliakan segenap manusia dengan cara menurunkan cahaya petunjuk pada malam itu. Karenanya, gelap kesesatan hilang sirna. Pada malam itu Allah menghidupkan hati manusia kalau mereka mau melakukan amal-amal yang saleh. Pada malam itu turun para malaikat dan termasuk juga Jibril.
Satu lagi keistimewaan malam kemuliaan tersebut ialah, kalau peristiwa turunnya malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW membawa wahyu sudah berlalu, maka pada malam kemuliaan itu seakan-akan merupakan rekonstruksinya ataupun demi pembaharuan kesejahteraan bagi manusia. Apabila Jibril waktu itu turun dengan membawa wahyu dan syariat Islam, maka pada malam kemuliaan itu beliau turun lagi setelah mendapat izin dari Rabbnya untuk mengatur segala urusan yang berlaku setahun bagi penghuni bumi. Para malaikat pun ikut turun dengan membawa segenap kesejahteraan. Pada malam itu seolah-olah seluruh dunia tengah terjaga menyambut tanda-tanda kesejahteraan, kedamaian, kebajikan dan keselamatan.
Dari Wailah Ra: Lailatul Qodar adalah malam yang terang benderang, tidak seberapa panas dan tidak seberapa dingin, tidak ada awan, tidak ada hujan, tidak berangin kencang, tidak ada bintang yang dilemparkan (meteor). Sebagian tanda pada siang harinya adalah matahari terbit tidak bersinar terang.” (HR Thabrani)
Biasanya terdapat pada sepuluh malam terakhir pada bulan Ramadhan dan diharapkan pada malam-malam ganjil lebih kuat dari pada malam lainnya. Dari Ibnu Umar Ra bahwasannya beberapa sahabat Nabi SAW memimpikan Lailatul Qodar pada tujuh malam terakhir (dalam bulan Ramadhan); kemudian Rosulullah SAW bersabda: Aku perhatikan impianmu itu benar-benar tepat pada tujuh malam terakhir, maka barangsiapa yang ingin mencari Lailatul Qodar maka hendaklah ia bersungguh-sungguh pada tujuh malam terakhir dari Ramadhan.” (HR Muttafaqun ‘Alaih)
Aisyah berkata: Rosulullah SAW selalu beriktikaf pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan serta bersabda: “Bersunguh-sungguhlah kamu sekalian mencari Lailatul Qodar pada sepeuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR Bukhari dan Muslim)
Karena itu seorang muslim disunatkan mencari Lailatul Qodar pada malam bulan Ramadhan. Terlebih pada malam ganjil pada sepuluh hari terakhir sebagaimana dilakukan Rosulullah SAW.
Dan senantiasa mengharap rahmat dan keberkahan dari Allah dan takut dari siksa-Nya memanfaatkan malam tersebut dengan sungguh-sungguh dengan membaca Quran, iktikaf di masjid, memperbanyak salat sunat, berdzikir, bertasbih, istighfar, memperbanyak sedekah, membaca sholawat nabi atau memperbanyak amalan. Agar Allah menerima ibadah, mengampuni dosa-dosa, merahmati dan mengabulkan doa kita.
Rosulullah SAW bersabda: “Barangsiapa mendirikan salat pada Lailatul Qodar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Muttafaqun ‘Alaih).
Aisyah Ra berkata: Wahai Rosulullah SAW, bagaimana pendapatmu bila aku tahu, malam Lailatul Qodar. Apakah kiranya yang aku baca? Rosulullah SAW bersabda: “Bacalah Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fuann (i.” (HR Nasai)
“Ya Allah, tolonglah kami untuk bisa melakukan ibadah pada malam kemuliaan. Berikan kepada kami berkat kebajikannya. Ampunilah kami. Terimalah permohonan kami agar Engkau berkenan membebaskan kami semua dari siksa neraka. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang maha mendengar dan yang maha mengabulkan do’a. Semoga shalawat dan salam sejahtera Allah senantiasa terlimpah bagi hamba dan Rasul-Nya yang mulia Muhammad SAW”.
Rasulullah SAW bersabda: “Perangilah nafsu kamu dengan menahan lapar dan dahaga, karena pahalanya seperti pahala orang yang berjihad di jalan Allah dan tidak ada amalan yang disukai di sisi Allah daripada menahan lapar dan dahaga”. Wallahu a’lam.(*)

AMALAN SEPULUH MALAM TERAKHIR

Aisyah Ra berkata: adalah Rosulullah SAW bila sudah memasuki sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan mengikat sarungnya dengan erat, mengisi malamnya dengan beberapa ibadah dan membangunkan istrinya. (HR Muttafaqun ‘Alaih). Maksud mengikat sarung atau mengencangkan kainnya, beliau menjauhkan diri dari menggauli istri-istrinya. Diriwayatkan dari Anas Ra, bahwa Rosulullah SAW tidak kembali ke tempat tidurnya hingga bulan Ramadhan berlalu.
Mandi antara Maghrib dan Isya. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Aisyah Ra, Rosulullah SAW jika bulan Ramadhan seperti biasa tidur dan bangun. Dan manakala memasuki sepuluh hari terakhir beliau mengencangkan kainnya dan menjauhkan diri dari menggauli istri-istrinya serta mandi antara Maghrib dan Isya. Ibnu Jarir rahimakumullah berkata, mereka menyukai mandi pada setiap malam dari malam-malam sepeuluh hari terakhir. Di antara mereka ada yang mandi dan menggunakan wewangian pada malam-malam yang paling diharapkan di dalamnya turun lailatul Qodar untuk membersihkan diri.
Menurut riwayat Muslim, adalah Rosulullah SAW bersungguh-sungguh dalam beribadah pada sepuluh hari yang terakhir dengan ibadah yang tidak dijalankan dengan sungguh-sungguh di bulan lain. Beliau mengkhususkan sepuluh hari terakhir itu dengan amal perbuatan ibadah yang tidak dijalankan pada bulan lain.

Anas Ra berkata, Rosulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah telah memberikan Lailatul Qodar pada umatku dan tidak memberikannya kepada umat sebelum umatku. (HR Addailami)
Dari Ubadah bin Asshomit Ra, Rosulullah bersabda: “Carilah Lailatul Qodar pada malam sepuluh hari terakhir. Sebab sesungguhnya malam Lailatul Qodar jatuh pada malam yang ganjil, malam duapuluh satu, duapuluh tiga, duapuluh lima, duapuluh tujuh, duapuluh sembilan atau pada terakhir malam bulan Ramadhan. Barangsiapa yang mengisi malam tersebut dengan ibadah diserta keimanan dan bertujuan mencari ridho Allah maka diampuni dosa yang telah lewat dan dosa yang akan datang.” (HR Thabrani)
(Sumber Kitab Irsyadul ‘Ibad, Riadhus Sholihin).

Tidak ada komentar: