Rabu, 26 Agustus 2009

WALAU KECIL, RIYA’ TETAP SYIRIK

By: Yuliantoro

Di jaman sekarang banyak kita jumpai di jalan-jalan atau keramaian umum orang menonjolkan aribut-atribut keislamannya. Seperti jenggot, jidat ngapal, celana congklang, berjenggot serta aribut lainnya. Kesan yang muncul seolah-olah ingin menunjukkan bahwa ini dialah yang paling Islam. Apakah perilaku tersebut cermin dari amalan Islam yang benar? Bisa jadi mereka riya’.
Riya’ adalah syirik tersembunyi. Asal syirik ialah mencari simpati dalam hati orang-orang dengan menonjolkan sifat-sifat baik untuk memperoleh kedudukan dan supaya engkau disegani oleh mereka. Cinta kedudukan termasuk hawa nafsu yang diikuti dan kebanyakan orang binasa karenanya. Banyak amalan-amalan diperbuat manusia, namun akhirnya rusak karena riya’.
Dalam kitab Muroqil Ubudiyah, perbuatan riya’ itu ada lima macam. Pertama, riya’ dalam agama dengan menonjolkan badan seperti menampakkan kurus dan pusat serta membiarkan rambut-acal-acakan. Kurus ingin menunjukkan jika ia sedikit makan. Pucat ingin menunjukkan sedikit atau kurang tidur di waktu malam dan sangat sedih atas agama.
Kedua, riya’ dengan penampilan dan pakaian, seperti menundukkan kepala di waktu berjalan, bersikap tenang dalam gerak serta membiarkan bekas sujud pada mukannya, mengenakan baju kasar, tidak membersihkan baju dan membiarkan robek serta memakai baju bertambal.
Ketiga, riya’ dengan perkataan seperti mengucapkan kata berhikmah dan menggerakkan bibir dengan dzikur di hadapan orang banyak. Amar makruf nahi mungkar di hadapan orang banyak, menampakkan marah atas perbuatan mungkar, menampakkan penyesalan karena orang lain berbuat maksiat, melemahkan suara di waktu berbicara dan melunakkan suara ketika membaca Al Quran untuk menunjukkan rasa takut dan sedih.
Keempat, riya’ dengan amal, seperti riya’nya orang salat, lama di waktu berdiri, sujud dan rukuk, tidak menolah, meluruskan kedua telak kaki dan kedua tangannya. Begitu pula waktu puasa atau haji dan waktu mengeluarkan sedekah dan memberikan makanan.
Kelima sikap riya’ kepada teman-teman, para tamu dan orang-orang yang bergaul seperti orang-orang yang bergaul seperti orang yang berusaha mendatangkan seorang alim atau abid atau seorang raja atau seorang pejabat supaya dikatakan bahwa mereka mengambil berkah darinya karena kedudukannya yang besar dalam agama dan seperti orang yang banyak menyebut guru-guru supaya dilihat bahwa ia mempunyai banyak guru dan belajar dari mereka sehingga merasa bangga dengan guru-gurunya.
Bangga dengan keislaman adanya kalanya baik, namun jika salah tanpa didasari ilmu agama yang cukup justru menjerumuskan pada dosa besar, seperti riya’. Riya’ adalah dosa besar karena masuk dalam kategori syirik (menyekutukan Allah) kecil. Sekecil apapun yang namanya syirik ya tetap syirik. ***

Tidak ada komentar: